Aku tidak tahu kenapa sikapnya tiba-tiba berubah padaku, apa mungkin ini gara-gara ambisiku yang ingin menjodohkannya dengan salah satu temanku, apa aku terlalu memaksakan perasaan mereka. Raut wajahnya yang kelihatan kesal dan sikapnya yang begitu dingin membuatku merasa bersalah padanya.
Sudah ku putuskan aku akan berhenti menjodohkan mereka, toh… kita masih remaja, kita masih siswa SMK, masalah jodoh itu sudah ada yang ngatur. Besok waku isirahat aku akan menemui reza dan aku akan meminta maaf padanya.
Malam ini aku merasa gelisah, aku menginginkan reza dan nisa berjodoh, tetapi melihat mereka dekat rasanya sakit apalagi kalau jauh darinya hatiku rasanya sepi. Berulangkali aku menelphonnya tapi tidak diangkat, pesanku tidak satupun ia balas, kelihatannya dia mara besar padaku.
***
Waktu istirahat tiba, aku menitipkan kertas yang bertuliskan “aku ingin beremu dikelas belakang” kepada fitri dan aku menyuruhnya untuk memberikan kertas itu kepada reza. Awalnya fitri keberatan karena dia menyukai reza, berulangkali ia nyatakan cinta, berulangkali pula ia ditolak olehnya. Dengan sedikit paksaan akhirnya dia mau memberikannya.
Tak lama aku menunggu…, reza datang. Dengan ekspresi wajah yang marah dan kesal padaku, ia membuang sebotol minuman yang ada digenggamannya. Tanpa membuang-buang waktu aku langsung angkat bicara,
“Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf, aku salah… aku terlalu memaksakan perasaanmu… mungkin dimatamu sekarang aku adalah perempuan yang tidak punya perasaan, perempuan egois… dan…” belum selesai aku bicara sudah dipotong olehnya.
“Aku kecewa sama kamu, aku fikir selama ini kamu adalah sahabat terbaikku… satu-satunya perempuan yang mengerti perasaanku, satu-satunya perempuan yang mau memberikan semua perhatiannya padaku… hingga aku berani menaruh perasaan padamu, kau membuatku jauh cinta padamu… tapi apa? Ketika aku sudah merasa yakin dengan perasaanku, kau malah menjodohkanku dengan nisa. Semua perbuatanmu itu merupakan sebuah jawaban untukku. Terimakasih kamu telah membuatku hancur dan terluka…” ketika reza membalikkan badan dan melangkahkan kakinya pergi dari hadapanku, aku lngsung menarik tangannya.
“Selama ini aku merasa terlalu berani menaruh perasaan padamu, aku terlalu berani mencintaimu… itulah yang selama ini ada difikiranku, menjadi sahabatmu saja aku sudah bersyukur… kalau untuk memilikimu itu hanyalah sebuah mimpi bagiku. Tubuh yang pendek dan sedikit gendut menjadi salah satu alasanku untuk melepasmu. Aku ingin kamu mendapatkan perempun yang baik dan mencintaimu dengan tulus, seperti aku mencintaimu”
“Buang fikiran itu jauh-jauh, tubuh pendek dan sedikit gendut tidak masalah bagiku… yang penting adalah perasaannya, ketulusan hatinya, dan cara dia mencintai dan menyayangiku. Aku ingin mengungkapkan semua isi hatiku, tapi nyaliku terlalu ciut untuk itu… berulangkali aku mencobanya tapi selalu gagal, disaat aku mulai siap dan berani kamu malah menghancurkannya”
“Aku minta maaf… aku tahu kamu marah besar padaku, aku tidak akan memintamu untuk menjadi sahabatku lagi, karena aku sadar… aku tidak pantas untuk berada disampingmu, aku hanya menginginkan maaf darimu meskipun itu berat, aku mohon maafkaan aku???”
“aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu pergi dariku, tetaplah disisiku…”
“Tapi aku sudah keterlaluan padamu…?”
“Kalau tidak mau… ya sudah, tidak ada kata maaf untuk mu…” (reza pergi meninggalkanku).
“reza… tunggu….!!! Aku aku mau…! Aku mau menuruti semua keinginanmu” (kemudian reza berlari memelukku)
Aku senang sekali hubunganku dengan reza kembali seperti dulu lagi bahkan sekarang lebih lengket dan romantis tentunya, karena kita bukan sepasang sahabat lagi, melainkan sepasang kekasih. Hubungan ini akan ku jaga dengan baik dan tidak akan pernah ku sia-siakan.
0 komentar:
Posting Komentar